Kisah antara orang tua dan putra-putrinya di Alabama ini banyak mengajarkan bagaimana menjalani peran dalam posisi masing-masing. Jika selama ini, orang tua dan anak sekaligus, lebih banyak yang memiliki mindset bahwa anak adalah objek dalam hubungan dengan keluarga, di sini kita akan dikenalkan dengan keterbukaan yang sangat. Bahwa anak, sedini apa pun usia mereka, memiliki hak untuk mengetahui apa yang terjadi dalam keluarganya.

Adalah Atticus Finch, ayah seorang putra dan putri, Jeremy Finch dan Jeane Louis alias Scout, yang mendidik mereka untuk bertanggung jawab atas setiap hal yang terjadi pada diri mereka sendiri dan di rumah. Novel ini ditulis dari sisi Scout, seorang gadis berusia delapan tahun. Abangnya, Jeremy alias Jem, berusia sekitar lima tahun di atasnya dan ayahnya seorang pengacara yang membela orang kulit hitam. Warna kulit yang saat itu masih berada dalam level kelas bawahan alias budak yang sangat parah.

Mereka tinggal di sebuah perumahan di salah satu kota di Alabama. Scout selalu merasa bahwa ayahnya bersikap sangat adil terhadap dia dan abangnya. Mulai dari menyikapi tingkah lakunya yang kekanakkan, karena dia memang anak-anak, sampai pada hal di mana dia harus bertanggung jawab penuh atas apa yang dia lakukan. Termasuk bagaimana ayahnya menjelaskan apa yang sedang dia lakukan dalam pembelaan terhadap seorang warga kulit hitam yang tersangkut hukum. Saat itu, Scout dan Jem dicela oleh semua anak seusia mereka, bahkan orang tua, atas tindakan Atticus membela orang kulit hitam yang dinilai nista.

Kondisi itu melibatkan benturan fisik, dan psikologis (mental) bagi Jem dan Scout. Tapi ayah mereka, Atticus, dengan tenang dan cerdas menjelaskan bahwa dirinya melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Scout dan Jem pun tumbuh menjadi anak yang lebih cerdas dan terbuka di usianya yang masih belia. Bahkan Scout harus merasa bosan di tahun pertama dan seterusnya sekolah karena dia harus menahan diri untuk mempelajari sesuatu di sekolah. Padahal di rumah, dia sudah mahir membaca koran yang menjadi langganan Atticus.

Sebagai ayah, Atticus di dalam novel ini digambarkan sebagai seseorang yang sangat memahami dan bertanggung jawab penuh atas pertumbuhan dua anaknya. Sampai suatu hari adik kandung Atticus, yang merupakan bibi dua bocah itu tinggal di rumahnya untuk merawat mereka. terjadi pertentangan antara cara Atticus membesarkan anak-anaknya dengan pandangan si bibi tentang bagaimana mengurus anak-anak.

Pertentangan Atticus dan bibi Alexandra salah satunya tergambar dari pernyataan Atticus, “Ini rumah mereka, Dik. Kitalah yang menciptakan situasi ini bagi mereka, selayaknya mereka belajar menanganinya.”

Atticus sebenarnya berusaha menutupi apa yang terjadi dengan keluarganya kepada kedua anaknya sebisa mungkin. Tapi jika pun akhirnya kedua buah hatinya itu tahu, baik sengaja mau pun tidak, Atticus akan dengan jernih menjelaskana apa yang terjadi. Ini yang membuat Jem dan Scout dianggap ada dan bernilai di mata Atticus. Bukankah tidak ada yang lebih bernilai dalam hidup ini selain dianggap ada oleh orang tua? Hal yang sulit ditemukan oleh banyak anak.
 
kisah cinta dari kelas menengah-atas keluarga Inggris di akhir abad kesembilan belas. Novel ini berisi deskripsi dari peristiwa seputar kehidupan tokoh utamanya, Elizabeth Bennet, Volume pertama akan terbuka dalam rumah tangga Bennet di Longbourn di Inggris. Dibuka dengan suatu masalah aneh keluarga Bennet dimana mereka memiliki lima anak perempuan yang belum menikah dan tidak ada anak laki-laki. Tentu saja sesuai hukum yang berlaku saat itu, maka jika suatu saat Mr Bennet wafat, maka seluruh warisan keluarga Bennet akan jatuh kepada Mr Collins, sepupu keluarga. Sedangkan anak-anak perempuan Bennet tidak akan mendaptan warisan apapun, baik rumah maupun uang . Sehingga menjadi penting, bagi Mrs Bennet bahwa setidaknya salah satu dari anak-anak perempuannya akan menikah dengan Pria yang hartanya dapat melindungi saudari-saudiari mereka, jika mereka tidak bisa menikah. (serta ibumereka jika dia masih hidup). Karena ada lima anak perempuan belum menikah tinggal di rumah pada saat itu, nyonya rumah keluarga, Mrs Bennet, cukup tertarik ketika ada berita tentang kepindahan orang kaya ke Netherfield, sebuah tempat di sekitar dekat. Demi kepentingan anak-anak perempuannya, maka Mrs Bennet segera mendesak suaminya untuk bertemu dengan tetangga yang baru tiba tersebut, Mr Bingley. Namun Mr Bennet cukup enggan untuk melakukannya dengan segera. Sebagai kejutan untuk putrinya dan istrinya, Mr.Bennet mengumumkan bahwa ia telah mengunjungi Netherfield dan menemukan Bingley menjadi "cukup menyenangkan." Kepentingan anak-anak perempuan Bennet timbul ketika mereka belajar bahwa beberapa anggota keluarga Bingley akan hadir dalam pesta dansa yang akan datang di Meryton. Pada pesta dansa akan diadakan acara perkenalan antara keluarga Bingley. Semua kakak beradik Bennet menyimpulkan bahwa baik Mr.Bingley maupun sepupunya, Fitzwilliam Darcy, merupakan pria-pria yang sangat tampan. Namun bagi Elizabeth penampilan Mr. Darcy, begitu menjengkelkan dan menjijikkan. Meskipun ini semua dalah prasangka dari Elizabeth terhadap Mr Darcy yang merupakan keturunan bangsawan yang kaya dan terhormat. Dalam acara dansa tersebut putri tertua Bennet, Jane, segera ditarik oleh Mrs. Bennet untuk menjadi dekat dengan Mr.Bennet. Jane digambarkan sebagai lembut, egois, dan sangat berbudi.Saat dansa akan dimulai, karena kekurangan pria yang akan berdansa, maka Elizabeth memutuskan untuk duduk. Secara tak sengaja Elizabeth mendengar Bingley mendorong Darcy untuk berdansa dengan Elizabeth. Namun Mr Darcy dengan ketus menjawab bahwa "Dia lumayan, tetapi tidak cukup cantik untuk mencoba-ku dan Aku tidak sedang bercanda saat ini sehingga mampu member konsekuensi kepada wanita –wanita muda yang nantinya akan diremehkan oleh laki-laki lain" Walaupun dihina, Elizabeth tidak memberi komentar terhadap jawaban Darcy dan tidak menceritakan peristiwa tersebut kepada Saudara maupun temannya hanya untuk mebalas ejekan perilaku sok Mr Darcy. Elizabeth sebenarnya digambarkan sebagai gadis yang sopan, tetapi memiliki kecerdasan sangat tajam dan menolak untuk diintimidasi oleh siapapun . Ia cenderung menjadi pelindung dari Jane dan keluarganya. Saat akhirnya Elizabeth harus menemani kakaknya dengan berdansa sebagai pasangan Mr Darcy, menyebabkan Elizabeth merasa sebagai korban kesombongan Mr Darcy. Dan selama acara pesta dansa berlangsung, Elizabeth memutuskan untuk menghindari Mr. Darcy. Dimulai dari acara ini, Elizabeth yang akhirnya mempunyai prasangka (Prejudice) terhadap Mr Darcy yang sombong menuntun Elizabeth untuk tidak terlibat lebih jauh dengan Mr Darcy di masa yang akan datang.

Begitu kuatnya prasangka yang dapat berakar dalam hati seseorang, sehingga tumbuh kebencian. Angkuh dan menyebalkan, begitu kesan pertama yang didapatkan Elizabeth Bennet ketika bertemu Mr. Darcy.

Elizabeth sendiri adalah putri kedua dari pasangan Mr. dan Mrs. Bennet. Ia memiliki empat orang saudari yang berbeda-beda karakternya; Jane, yang tertua, adalah yang tercantik dan paling lembut dari semuanya; Mary, seorang penyendiri dan kutu buku; serta Catherine dan Lydia yang agak liar, terutama jika menyangkut prajurit-prajurit tampan.